A. Latar Belakang
Bahan ajar adalah
seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta suasana
yang memungkinkan siswa belajar. Bahan ajar yang berkualitas adalah bahan ajar
yang materinya dapat membantu memecahkan suatu permasalahan siswa. Artinya
dapat memberikan pengetahuan dan ketrampilan yang dapat mencapai standar
kompetensi. Sehingga bahan ajar merupakan suatu perangkat yang harus ada
didalam pembelajaran.
Berdasarkan
teknologi yang digunakan, Direktorat Pembina Sekolah Menengah Atas membagi
bahan ajar menjadi empat kategori; (1) bahan ajar cetak (printed)
meliputi buku, modul, handout, lembar kegiatan siswa, brosur, market, dan
gambar. (2) bahan ajar dengar (audio) meliputi radio, kaset, piringan hitam,
dan compact disk audio. (3) bahan ajar pandang dengar (audio visual)
meliputi video compact disk, dan film. (4) bahan ajar multimedia
interaktif ( interctive teaching material ) meliputi CAI ( Computer
Assisted Instruction), compact disk multi media interaktif, dan bahan ajar
berbasis web ( web basic learning material).
Melihat
realitas yang ada, masih banyak bahan ajar konvensional yang isinya hanya
materi bacaan dan soal terutama pada mata pelajaran fisika. Bahan ajar konvensional
bersifat perkiraan, artinya materi yang disajikan didalamnya belum tentu sesuai
dengan kebutuhan dan pengalaman siswa. Pendidik merupakan cerminan kualitas
pendidikan di suatu negara. Akibatnya, mutu pembelajaran menjadi rendah ketika
pendidik hanya terpaku pada bahan ajar konvensional tanpa ada kreativitas untuk
mengembangkan bahan ajar tersebut. Oleh karena itu seorang pendidik dituntut
untuk kreatif membuat bahan ajar yang menarik, inovatif, varitif dan sesuai
dengan pengalaman dan kebutuhan siswa.
Salah satu pengembangan bahan ajar dapat diisi dengan materi berbasis kearifan
lokal tempat tinggal peserta didik.
Kearifan
lokal merupakan suatu tindakan yang mencakup cipta, rasa, dan karya masyarakat
dalam mengatasi permasalahan setempat. Kearifan lokal merupakan identitas yang
harus dikenal oleh generasi muda melalui dunia pendidikan. Tujuan pengembangan
bahan ajar berbasis kearifan lokal yaitu agar siswa dapat memahami materi
fisika dengan kearifan lokal yang ada di dalam kehidupan masyarakat, sehingga
siswa dapat terarah dalam memahami materi fisika.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah
bahan ajar fisika berbasis kearifan lokal untuk Siswa kelas X SMA/ MA valid berdasarkan hasil validasi ahli?
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research
and Development/ R&D). R&D merupakan metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk
tersebut. Untuk melihat kefektifan produk yang sudah jadi akan diuji oleh para
ahli.
D. Rencana Judul
“Pengembangan Bahan Ajar Fisika Materi Usaha (kerja) dan Energi, Momentum
Implus dan Tumbukan dan Gerak Harmonik Kelas X SMA/MA Berbasis Kearifan Lokal”.
E. Referensi
Mumaiyizah;
Pengembangan Bahan Ajar Fisika ( Listrik Statis, Sumber Arus Listrik, Energi
dan Daya Listrik) Kelas IX SMP/MTs Berbasis Kearifan Lokal; Semarang:
Universitas Islam Negeri Walisongo, 2016
Sugiyono,
Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D), Bandung: CV. ALFABETA, 2015
Sulfina,
Desi Sari; Pengembangan Bahan Ajar Fisika Berbasis Experiential Learning
dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Minds-On Siswa; Semarang:
Universitas Negeri Semarang; 2015
Sulistyarini,
Ermawati; Pengembangan Bahan Ajar Fisika SMA Materi Gelombang Bunyi Berbasis
Interactive PDF: Semarang: Universitas Negeri Semarang; 2015